Untukmu yang ter …..

Satu bulan telah berlalu. Ada sesuatu yang beda, Meski telah lama mengenal, tetapi banyak “sesuatu” yang kadang kutakmengerti akan dirimu. Tapi semuanya mampu berjalan indah, karena kau sangat mengerti. Sayang, terimakasih atas semuanya yang telah engkau berikan dan engkau lakukan untukku. Aku bahagia …. Afwan, jika sikapku kadang membuatmu bingung ….. Tapi, hatiku untukmu ….

Bertalu-talu rasanya, membuncah seperti ingin membelah cakrawala, menghantam lautan.. huhhh rasanya….

hai..hai… wuaduh ternyata dah lama sekali ya nggak menyambangi blok ini. Banyak orang beralih meluapkan rasanya pada dinding facebook dan tweeter, banyak yang melupakan site-site pribadinya dan berbondong-bondong mutasi kesana. begitu pula aku. Tapi seperti teori Gossen, setiap sesuatu yang terus menerus dan berakhir pada puncak, semuanya akan turun perlahan-lahan..perlahan dan akhirnya menghinlang. Hehe… begitu pula aku, tapi akhirnya aku kembali, mengisi ruang ini kembali, menikmati nostalgila.. eh nostalgi saat-saat harus mengisi ruang rindu dengan goresan pena.

aku kembali, aku datang, dan aku akan kembali seperti dulu.. menarikan jariku di atas tuts si unguku bersama rangkaian huruf-hurufku.

SURAT

Seorang remaja menuliskan sebuah surat untuk lawan jenisnya Kakak yang baik……… Saya bukan Shakespeare yang bisa mengungkapkan cinta dalam bahasa puisinya Saya juga bukan Cleopatra yang berani mengorbankan dirinya demi keagungan cinta… Atau Sutan Alisyahbana yang mengungkapkan cinta dengan bahasa sastra…….. Saya hanya seorang pelajar yang sedang berusaha menjadi seorang penerus generasi yang berkualitas di masa mendatang yang memahami cinta dengan kacamata saya………. Dengan cinta, dunia bisa dikelola dengan baik dan damai Dengan cinta, generasi manusia tumbuh semakin baik dari hari ke hari Dengan cinta, kita semua lahir ke dunia dan tumbuh menjadi manusia-manusia unggulan……….. Kakak yang baik……… Cinta begitu sakral dan agung, dia tidak bisa diterjemahkan hanya sebatas antar lawan jenis. Tapi, dia jauh lebih luas, lebih bermakna sehingga bagaimana mungkin kita hanya sekedar bermain-main dan iseng dengannya sementara akibatnya sedemikian fatal. Cinta pada lawan jenis tak kesampaian akhirnya frustasi, ditinggal mati bunuh diri, tak berhimpun menjadi kenangan abadi yang menyakitkan….. Sebagai anak muda, tentu kita tidak ingin menghabiskan masa muda hanya dengan persoalan cinta lawan jenis semata dengan berakhir petaka. Sementara begitu banyak kegiatan berguna yang bisa kita kerjakan. Maka, dengan cinta, marilah kita tebarkan kebaikan-kebaikan disekitar kita agar tumbuh dan berkembang sehingga kita menjadi anak-anak muda unggulan yang berkualitas yang dapat membangun negara ini menjadi lebih baik. Kakak yang baik… Suatu saat kelak, apabila takdir Allah berpihak pada kita tentu kita akan dipertemukan-Nya dengan cara yang baik, yang sesuai dengan syariat dan diridhoiNya sehingga kita bisa menapaki jalan tersebut untuk mengarungi jalan yang lebih terjal bersama, disebuah bangunan yang bernama “Keluarga Sakinah” yang terletak di “Jalan Da’wah” Saat ini masih sangat banyak yang harus kita persiapkan agar menjadi insan pilihan sehingga kelak siap pula melahirkan generasi unggulan berikutnya…. Jalan kita masih sangat panjang, masih sangat banyak yang harus kita kerajakan dari sekedar berkutat dengan hal-hal yang semu. Perasaan yang kita miliki memang bukan perasaan yang salah, namun jangan sampai perasaan itu salah dikelola dan ditempatkan sehingga hanya bernuansa hawa nafsu semata, menghalalkan segala yang dilarangNya. Karena, untuk membuktikan keistiwomahan terkadang kita harus berperang melawan keinginan kita yang mungkin tidak sesuai dengan keingin sang Pencipta “….Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu padalaha iu baik bagimu dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui” (QS.2:216) Maaf ya kak………… Saya tidak bisa merangkai kata lebih baik dari ini. Mudah-mudahan energi cinta yang ada dalam diri kita, bisa kita kelola lebih baik sehingga dapat menempatkan cinta sebagaimana mestinya dan sesuai dengan ketentuan Illahi Rabbi . Pada saatnya nanti tentu kita akan menemukan cinta lawan jenis yang hakiki dan diridhoi. Wassalam,

Terkadang lelah juga …

Terkandang lelah juga… setiap hari seperti ini. menekuri hari di atas rutinitas. meski cukup membahagiakan, tapi ingin kurengkuh warna lain dalam hidupku.

Uring-uringan mode on…

Kenapa jadi uring-uringan seperti ini. Pengen marah, pengen nangis, pengen mengunci dalam kamar. Lagi PMS yah? Atau lagi kangen. Halah… sama sapa juga? atau kenapa wahai hatiku? aku tak bisa menterjemahkan perasaanku sendiri.

Penat, capek, banyak pikiran …. engga juga. Bahkan sebenarnya baru saja aku rampungkan  tanggung jawabku semuanya.Tapi rasanya mataku ingin saja menitikkan air mata, bukti kelemahanku dihadapan_Nya. aku ingin menikmati masa-masa melankolis ini. aku ingin menangis sejadi-jadinya. Diatas semua semua rasa dan asa dihatiku. kenapa..kenapa, tak dapat di urai dengan kata. hanya aku, hatiku dan Allah yang tahu.

aku punya hati. aku punya rasa yang tak dapat dipermainkan. aku punya harga diri yang tak dapat dilecehkan. Meski aku diam dan sabar, tapi tak selamanya aku bisa seperti ini. Aku cuma pengen nangis, tersedu dalam bantal putihku. aku cuma ingin menangis… dan aku ingin dia merasakan perihku. Aku hanya ingin, ingin Dia mempertautkan hati ini, meski saat ini hanya dalam angan yang tak bersambung. Aku ingin dia tahu, bahwa ada yang menyakitiku. adakah kau rasakan disana. Karena tak mungkin itu kusampaikan. aku ingin menangis dalam-dalam. dan bertemu denganmu dalam mimpi indahku. semoga….

SERENADA DI RUMAH CINTA

Yach… rumah cinta kami menyebutnya. Sebuah antero rumah petak yang letaknya di samping Gedung Sekolah SDIT Nurul Ilmi Bilingual Integrated Islamic School. Bagi kami guru2 yang belum menikah sebenernya di sediakan mess baik untuk para ikhwans (plural hee..) maupun para akhwats. Awalnya memang ada satu mess ikhwan dan dua mess akhwat. Secara setelah adanya pembagunan gedung TKIT yang diperluas dan dipertinggi mess akhwat pun kini tinggal satu, tepatnya di Jl Garuda PTI lantai 2. Sebagai lantai satunya adalah mess catering, dimana para koki yang notabenenya para ikhwan (cowok) selalu berada disana. Itu yang menyebabkan kami, dari sebagian besar guru akhwat lebih memilih untuk tinggal di hunian rumah kontrakan bu Linda. Pasalnya monthly fee-nya juga relatif lebih murah jika dibanding dengan kos di Cikarang apalagi Jakarta, lebih luas lagi.

Antero sepanjang besarnya SDIT Nurul Ilmi itu, ada 30 pintu rumah petak. Kami tinggal di rumah No. 11. Di tengah2 tepatnya, dengan 3 penghuni. Ms. Iin asli dari Boyolali, Ms. Khusnul from Cirebon dan aku sendiri yang asli wong Solo alias Karanganyar yang mepet dengan Bengawan Solo.  Sementara di No 24 ada Ms. Devi yang berdarah Padang dan Ms. Neneng dari Cianjur. Tepat di depannya tinggal Mrs. Ayatun Nufus beserta suami tercinta (pengantin baru euy).  Itulah gambaran kontrakan sederhana kami, meski para guru lain suka mlesetin namanya dengan “’apartemen sebelah.” Yo ben lah, doain aja besok benar-benar jadi apartemen. Amien.

Ada berbagai warna kehidupan di rumah kontrakan yang kami sebut dengan rumah cinta.  Di samping kiri kami, ada keluarga Bapak plus anak laki-lakinya yang seumuran dengan aku kayaknya (ibunya di kampung mungkin), di samping kanan ada … tau dech mereka keluarga atau bukan tapi penghuninya adalah para bapak-bapak setengah baya. Ada juga yang lebih muda yang hobinya kalau kedengaran dari dapurku selalu menyanyikan lagu sang biduanita Evi Tamala. Di sebelahnya lagi, seorang keluarga kecil dengan dua anaknya yang semuanya adalah laki-laki masih seumuran SD dan TK. konon awalnya keluarga ini terbilang kaya, tapi entah kenapa kemudian jatuh dan tinggal bersama kami disini. Di depan, hmmmm kurang banyak tahu juga karena pintu rumahnya selalu tertutup, tampaknya penghuninya juga jarang di rumah. Tapi pernah aku lihat yang tinggal disitu adalah  pasangan pengatin baru juga, masih muda dan hamil muda. Depan sebelah kiri, tinggal bapak-bapak Batak tulen yang suaranya ketika marah mampu membuat bulu kudu kita semua berdiri. Hiiiy….

Berbagai alasan yang membuat kami masih nyaman tinggal disini adalah rasa kekeluargaan kami yang telah mendarah daging. Kekompakan seperti telah menjadi keluarga sendiri. Pernah suatu ketika ketika aku hendak pergi memberi les private di kawasan elite Puri Hutama. Tiba-tiba dari arah belakang, sebuah motor berhenti dan menyapaku,

“Mari mba, aku boncengin mau ke arah tol timur kan?.”

Waduw, dalam hati aku bingung mau menjawab bagaimana pasalnya sejak aku berhijrah tahun 2000 lalu, aku tak pernah lagi diboncengin laki-laki keculai kakak, ayah dan adik-adikku.

“Duh, maaf mas Andi, saya mau ke Alfa dulu takut ngerepotin mas Andi, kataku. “

“O..gitu, ya sudah dech saya duluan ya” jawabnya sambil menancap gas dan memeasukkan perselling motornya kembali.

“Alhamdulillah” ucapku dalam hati. Tapi aku bingung sendiri, mau ngapain aku ke Alfa. Ya udah dech mau ga mau aku memang harus masuk alfamart agar aku tak berbohong pada orang baik yang hendak “menolong”ku tadi. Akhirnya sebuah air mineral dan se-pak tisu jadi sasaran “pembebasan” diriku dari kata bohong.

Kejujurannya juga tak diragukan lagi di “apartemen”ku ini. Pernah suatu ketika dompet Ms iin tertinggal di pagar depan selepas mengajar TPA. Dia  sadar saat hendak memasukan motor menjelang kami melepas lelah di peraduan, baru saat itulah dia sadar kalau dompetnya ketinggaln karena  melihat wujudnya masih tergeletak di bibir pagar. Isinya masih utuh meski posisi dompet telah berbeda dari posisi awal.

Alasan lain adalah disini banyak anak2 kecil yang lucu. Yang selalu tersenyum saat kuusap rambutnya saat aku mau berangkat maupun pulang sekolah.

Malam jumat kemarin, tepatnya pukul 10.30 malam. Aku yang masih sulit memejamkan mata terusik dengan suara gaduh dari luar jendelaku. Suara ribut untuk pergi keluar bersama-sama. Aku yang saat itu masih memakai mukena dan memegang mushaf mencoba mencari informasi dengan membuka pintu rumahku. Oh..ternyata Mama Cacha, tetangga sebelah kanan yang agak jauhan dari pintu No. 11 ku hendak melahirkan. Berduyun-duyun para ibu-ibu memapahnya yang meringis menahan kesakitan. Singkat kata para ibu-ibu yang selalu heboh di setiap suasana itu membawa mama Cacha ke bidan terdekat. Dengan dibonceng motor seorang laki-laki. Entahlah itu suaminya atau bukan. Secara memang aku tidak hafal muka kaum adam disini baik tua maupun muda. “Hati-hati ya mba .. moga persalinannya lancar,” kataku. Ibu muda yang ayu parasnya itu pun mengucapkan terima kasihnya padaku. Keesokan harinya, ketika sore aku pulang dari sekolah ibu dua anak itupun telah berjalan santai dengan perut mengempis. Oh, sudah lahir dengan sehat rupanya seorang anak perempuan dengan berat 3.6 kg. Alhamdulillah….

Sore pun berlalu dengan pelan namun pasti berganti malam. Hujan rintik-rintik juga mewarnai di rumah kami yang meninggalkan bintik-bintik bening di kaca depan. Subhanallah .. syahdunya di tengah gerimis sore ini dengan alunan tembangnya Mas A’a Airel “Tak ada yang abadi”. Lagu ini memang aku suka banget. Lagu yang baru aku dowlnoad dari blog seorang sahabat baruku … (ehmm …..). Selepas rutinitas sholat, tilawah and dinner, kami bertiga pun bergegas ke peraduan melepas lelah seharian penuh di sekolah. Setelah membaca beberapa lembar halaman buku pun aku juga tak sadarkan diri di telan gulitanya malam. Entah tidur jam berapa tapi yang pasti tidak jauh selepas jam 21.00 WIB. Suasana hening…..  zzz..zzz..zzz

Adalah jam 01.10 WIB kami dikejutkan dengan suara aneh. Gedebuk-gedebuk. Aku berlari ke depan dan hanya membuka sedikit kain penutup kaca jendela. Astagfirullah … kepalaku pening, perutku mual. Secara aku yang belum pernah sama sekali melihat kekerasan, kini dihadapanku ada seorang laki-laki yang terbaring di tanah dipukul habis oleh beberapa orang laki-laki disekililingnya. Aku berlari lagi kedalam karena aku benar-benar tak kuasa melihat pemandangan itu. Hatiku tak tega, tapi aku juga tak bisa berbuat apa-apa. Aku hanya berdoa semoga ada orang lain yang terbangun dan melerai pengeroyokan itu.  Benar, Bu Linda yang kemudian ikut terbangun berteriak sekuat tenaga dan membangunkan tetangga-tetangga yang lain. Alhamdulillah, pengeroyokan pun berakhir. Dalam pikirku yang tak bisa kembali tertidur malam itu bertebangan berjuta-juta kata. Animal insting, premanisme, brutal ….. and so on…

Pagi harinya aku dapat info. Bahwa yang dikeroyok adalah seorang bapak muda yang berumah di nomor 2. Kabarnya bapak muda yang umurnya masih tergolong muda itu suka mabuk-mabukkan. Sudah diperingatkan oleh kaum adam penghuni apartemenku berkali-kali masih nekat saja minum-minuman di counter HP depan, penghuni baru apartemen kami. Hmmm …. no comment dech atas peristiwa ini. Aku ga berani bilang mana yang benar dan mana yang salah, yang pasti aku takyuuuut  dengan kejadian malam itu.

Ahad pagi selepas sembahyang dhuha, iseng aku mainkan keybord di depan layar komputerku, nulis apa saja sambil ditemani instrumentalia “Loving You” dan “This moment”-ny Kenny G. Subhanallah …. Benar-benar membuat jiwaku damai dan tenang (pasalnya aku habis menumpahkan segala isi hatiku kali ini pada Rabb pemilik segala kehidupan dalam doa dhuhaku). Tapi tiba-tiba di tengah kesyahduan dhuha ini, kembali lagi aku dikejutkan dengan suara heboh. Jujur sich, aku takut ada kelanjutan peristiwa semalam. Apalagi sekarang aku lagi sendiri. Dua orang temanku pergi semua, yang satu mengurus KTP dan yang satunya pergi kuliah non reguler di kampus As-Safi’iyah Jakarta. Iseng aku melongkok keluar dari jendela ribben-ku. Masih belum kelihatan juga, tapi suara hebohnya masih. Kali ini malah lengkap dengan suara gemerincing, persis seperti pecahan kaca berjatuhan. Kuberanikan diri menengok keluar setelah kupastikan semua hijabku aman. Kulihat tetangga laki-laki sebelah kiriku yang seumuran denganku. Kutanya “ada apa mas” eh malah dianya cuma senyum cengar-cengir. Lalu aku coba  bertanya lagi pada Bu Linda tetangga depan yang agak jauhan dariku. Darinya aku dapat informasi. Oalah… ternyata mas tetanggaku tadi punya “jupiter MX” baru dan dia ngadain tasyakuran seperti layaknya orang Jawa di kampungku. Lengkap dengan saweran beberapa uang recehan.  Itulah bunyi gemerincing yang aku sangka pecahan kaca tadi.

“Hmmm…. “Selamat ya mas, moga motornya berkah. “ ucapku pada mas tetanggaku yang namanya aku tak tahu. Kembali lagi dia masih dengan senyum cengirnya dan bilang maturnuwun. Subhanallah… berbagai warna kehidupan yang terjadi di rumah cinta ini. Berbagai kenangan datang dan pergi. Kenangan itulah yang akan kurindukan nanti tatkala aku sudah mengukir mozaik kehidupan di tempat lain.

Ahad, 5th April 2009

Oh FB….

Tua muda kecil, anak-anak, dewas sekarang sudah terkena virus yang sama. Kalau dulu merebak fs, sekarang sudah berganti dengan fb. Heran.. kenapa bukan ngeblog atau nge-multiply aja yang nyata-nyata lebih memberikan manfaat yang lebih banyak. Mungkin simple,
acces yang cepat, bisa nampang, mudah menemukan berbagai sanak, saudara, teman, sahabat dan kerabat di fs maupun fb kali yach yang menyebabkan orang senang di dunia ini. Bahkan ada pula salah satu temanku yang menggunakan forum ini untuk berbisnis di dunia maya. Core bisnisnya pun juga tak jauh-jauh dari dunia IT (salut tenan kie karo jenengan dech).

Pagi ini, hp-ku berdering. Kuangkat cepat karena kulihat satu nama dari phonebookku yang orangnya  sudah lama aku kenal (salah satu sahabatku di kampus dulu). Obrolan pagiku dengan suara bariton ini pun juga masih menyangkut dengan fb. Banyak yang kita bicarakan disini, ngobrol ngalor ngidul menanggapi masalah yang muncul akibat fb-an.

Pasalnya, memang banyak yang dapat kita petik manfaat dari fb-an ini. Tapi ternyata semakin canggih dunia semakin tinggi pula godaan yang menyambar iman kita. Saling ber-ha ha hi hi. dengan orang yang bukan mukhrim kita juga bisa kita lakukan saat ber-fb ria. Bahkan ikhwan akhwat yang diam seribu bahasa saat bertemu muka bisa saja ber-chating ria saat di fb. Ada juga yang memilih mengunakan menu inbox untuk meyampaikan pesannya karena ga mau dibaca umum, tapi sebenarnya sama saja.
Survey amatiranku membuktikan bahwa banyak  sudah yang terpeleset dari forum ini. Ada yang awalnya cemberut karena stress jadi ada gambaran bunga-bunga di matanya setelah membaca comment atau inboxnya. Ada yang awalnya biasa saja jadi ada rasa, ada yang dari temen biasa aja jadi demen. Apalagi jika salah satu pihak sudah kirim massage yang aneh-aneh dan lawannya pun menanggapi. Hmmmm… apa yang akan terjadi selanjutnya?

Yahhh .. layaknya gayung bersambutlah … intinya falsafah jawa “witing trisna jalaran soko kulino” (mulainya cinta dari kebiasaan)” yang masih aku yakinipun keluar menyentilkan rasa beraroma arum manis yang berwarna pink pada selipan hati anak-anak manusia. Atagfirullah…
Itulah yang terjadi pada salah satu temanku yang pagi ini berdiskusi denganku di telp. Khilaf katanya, karena hakikatnya ikhwan itu mudah tergoda. Beda dengan akhwat.

“Benarkah…?” tanyaku dalam hati.
Ketahuilah wahai para akhi, sesungguhnya Allah menciptakan wanita itu dari tulang rusuk laki-laki. Jika ikhwan mudah tergoda, sesungguhnya begitu pula dengan akhwat. Tapi semuanya tergantung dari ketegasan masing-masing individu untuk mengatakan TIDAK terhadap apa-apa yang melanggar syariat Allah. Belum lagi jika password dari tempat kita mengirim “sweet message” jebol oleh para hecker iseng. Dibaca berjuta-juta orang di dunia ini.

Oh my God, I can’t imagine! Tapi ini nyata di alami oleh sahabatku ini. Bingung, sebel, malu mungkin yang dia rasakan. Tapi sepantasnyalah malu itu hanya untuk Allah semata bukan pada teman, murobbi ataupun yang lainnya.

“Akhiri saja akhi, menikah atau cut sampai disini”, ucapku padanya.

“Doain ya tik, semoga ini bisa menjadi pembelajaran untuk kita semua nantinya, termasuk anti” ujarnya.

Ya Allah, ada-ada saja setan itu menggoda kami. Begitu hebatnya dia masuk kedalam hati saat kita lemah. Ya Allah aku berlindung padaMu dari godaan-godaan setan yang terkutuk. Akupun juga manusia biasa. Hatiku pun juga tak murni. Kadangkala ada juga yang terselip rapat di dalam hati ini, meski hanya aku dan Allah yang tahu. Akupun juga pernah hampir terpeleset lantaran dunia maya. Semoga Allah selalu menjaga hati kita. Hingga seseorang yang halal kita cintai datang untuk kita, bersatu untuk lebih mencintai-Nya. Agar cinta ini murni untuk-Nya. Amien.

Mungkin lirik nasyid Snada ini bisa menjadi penutup dan pengantar muhasabah untuk kita semua. Amien.. Kalau pengen tahu lagunya, cari aja di multiply atau youtube. Semoga bermanfaat.

Cinta Ilahi

By Snada

ku tahu pasti

cintaMu dalam dan murni

namun mengapa sulit untukku

mendapatkan cinta dariMu

hidupku ini terasa hampa dan sepi

tanpa belaian kasih sayangMu

cintailah hambaMu ini ya Allah..

Allah leraikanlah segala beban di dunia ini

yang kuharap hanya cinta ikhlasMu

merasuk ke dalam qalbu

Allah dengarkanlah

bisikkan suara hatiku

hapuskan noda dan dosa di qalbu

agar akudapat menggapai cintaMu

Bekasi, 11st May 2009

Be an Observer (part 2)

Namaku Rakha ….. kata anak kecil yang saat itu duduk di depanku dengan bahasa cedalnya. Dia mengatakan “r” dengan suara dari tengah tenggorokannya. Jadi seperti dia berkata huruf “kha” dalam huruf hijaiyah. Mukanya item manis, ada beberapa bekas luka jahitan di pelipisnya. Kebalikannya, saat menghadapi Alo aku harus bertingkah seheroik mungkin untuk membuatnya

“express herself” tapi dengan Rakha ini aku malah dibuatnya bingung untuk membuatnya diam. Kuperhatikan duduknya selalu bergerak tak bisa diam. Mulutnya juga tak henti-hentinya bertanya banyak hal padaku. Di banding Alo, dia tampak lebih berani untuk bercerita, mengungkapkan hati dan mudah akrab denganku.

Observasipun dimulai. Aku sodorkan beberapa soal lengkap dengan petunjuk-petunjuknya dengan menutup beberapa soal dibawahnya yang belum boleh dikerjakan dan takut mengganggu konsentrasinya. Dengan cepat dia mengerjakan beberapa soal di bagian atas. Eh.. dia protes kenapa bagian bawah soal harus ditutup. Wadughhh… aku bingung jawaban yang tepat untuk dia, karena sebenarnya observasi ini dibuat senyaman mungkin sehingga anak merasa tidak sedang ditest. “Di bawah ada gambar-gambar bagus, jadi miss mau bikin surpraise buat Rakha”, kataku. Mata dan mulutnya membulat, kemudian garis-garis bibirnya ditarik kesamping sehingga membuat seulas senyum di wajahnya. Manis, lucu dan polos, membuatku ikut tersenyum juga. Dia pun kembali menekuri gambar-gambar kotak yang harus di corat-coretnya tanpa memperhatikan aku lagi.

Sesampai di bagian test membaca dan menulis, dia mulai ogah-ogahan. Dia bilang tidak bisa membaca dan menulis yang agak panjang. Mukanya cemberut dan matanya sibuk melihat-lihat display ruangan yang gambarnya lucu-lucu. Saatnya harus beraksi lagi nich. Aku harus memberi motivasi untuknya supaya mau membaca dan menulis dengan cerita-cerita lucu. Berhasil. Dia mau membaca dan menulis. Dan subhanallah …. Bacaannya lancar dan tulisannya benar meski tidak serapi tulisan Alo. Di bagian test daya ingat aku tak mesti memberi pancingan untuk dia lagi karena dia merasa aku kasih tebak-tebakan. Selanjutnya di bagian tes berhitung. Aku ingin mengetahui kemampuan berhitungnya sejauh mana. Tentu saja aku minta dia untuk berhitung dari angka 1 sampai tak terhingga (targetnya sich 1 – 100, tapi tak kan kubatasi jika dia bisa hingga beratus-ratus). Seperti halnya tadi, dia bilang tak bisa berhitung. Kembali lagi aku harus mengeluarkan jurus-jurus motivasi atau lebih tepatnya rayuan gombal untuknya. Tampaknya memang lebih sulit, karena dia malah hampir berlari dari kelas. Akhirnya usahaku tak kunjung berhasil juga. Kuselingi dengan bermain puzzle dan duduk di karpet bawah. Aku ibaratkan juga, dia sebagai orang yang kaya raya yang banyak ternaknya yang akan menghitung ternaknya satu persatu. Kulihat dia sedang berimajinasi, terlihat dari matanya yang beberapa detik melihat ke langit-langit ruangan. Eh ternyata berhasil. Jadilah observasi dengan posisi badan tengkurap dengan kaki selonjor (walah..walah..). Hasilnya ….. LANCAR!!!… Rakha bisa berhitung dari 1 hingga 100. “Wow…You’re excellent boy !” pujiku. Kucoba gali lebih dalam lagi logic intellengence-nya dengan memotivasinya berhitung lagi lebih dari 100. Rayuan-rayuan mautpun kulemparkan. “yachhhh…kok lagi miss..tapi sampai 200 aja yach..” jawabnya dengan masih semangat. Subhanallah… aku merasa berhasil memberi dia motivasi. Bayangkan..betapa bahagianya hatiku. Aku bagai terbang ke angkasa. Kusiapkan pula energi extra untuk memeloti dia yang akan berhitung samapi 200. aku antusias luar biasa menatap mulutnya yang mencong-mencong lucu. Berhitung mulai… diawali dari seratus satu, seratus dua, seratus tiga, …..bla..bla…. hingga selanjutnya seratus delapan, seratus sembilan, DUA RATUS……yeeeeee…….. teriaknya sambil berputar-putar di seluruh penjuru ruangan. Dan aku……. Yang telah mempersiapkan tenaga ekstra, yang telah membubung tinggi karena merasa berhasil memotivasinya….. bengong tak berdaya karena surprise-nya mendengar gaya berhitungnya. Beberapa observer lain yang melihatku tertawa geli melihat seorang guru yang bengong tak berkedip sedangkan anaknya berlari-lari bahagia ke seluruh penjuru ruangan merayakan keberhasilannya. Subhanallah…Maha Suci Engkau Ya Allah yang telah menciptakan segala keindahan di dunia. Termasuk keindahan Rakha yang membuat aku tak berdaya.

Lanjut dech ke test kepribadian. Rakha aku minta menggambar orang. Orang yang sedang apapun. Kali ini aku tak mau tertipu lagi dengan kepolosannya. Seperti biasa, he said “can’t” again. Huh.. kali ini yang keluar dariku adalah ancaman. “Kalau Rakha ga mau gambar, ntar Miss ga kasih hadiah. Gimana, Rakha suka kalau teman-temannya bawa hadiah sedangkan Rakha tidak. Gimana … mau ga?” ujarku menanamkan konsep sebab akibat. Dia berpikir. Matanya melihat ke atas lagi. Namanya anak-anak tetap aja menjawabnya dengan lugu, polos dan tersenyum. “Ga mau miss, ya udah dech aku gambar dulu..sedikit aja yaaa…”. “he em” jawabku singkat. Setelah menggambar singkat, dia bilang sudah, sudah dan sudah. “Kali ini yang keluar dariku bukan gombalan lagi, tapi sedikit ejekan atau apalah namanya. “Masa Rakha cuma bisa gambar seperti ini, padahal Miss yakin Rakha bisa gambar yang lebih bagus lagi.” Dasar laki-laki, meski masih kecil pun merasa bergengsi tinggi. “Aku tambahi dech”lanjutnya. Jadi dech tuch gambar seorang anak kecil laki-laki di jalan sedang bermain bola, di dekatnya ada rumah besar lengkap dengan halaman yang penuh dengan pepohonan. Di depan rumah itu ada jalan raya yang dihiasi oleh banyak mobil yang sedang lalu lalang. Subhanallah…. It’s so great. Terakhir, kuberikan hadiah yang aku janjikan sambil mengajaknyanya give me five (tossss) sambil mengantarnya ke orang tuanya di ruang komputer. “Subahanallah Rakha…kamu begitu cerdas, tapi memang membutuhkan orang yang super active untuk lebih menggali kecerdasanmu. Semoga next time kita bertemu lagi jagoan kecilku” ujarku dalam hati.

Be an Observer (part 1)

Pagi ini ceritanya aku diberi kepercayaan oleh sekolah untuk masuk jadi salah satu team observer siswa baru yang akan masuk SD tahun ajaran baru nanti. Lumayanlah to make the best experience, meski hanya pura-pura jadi psikolog. Setelah sehari sebelumnya breafing dengan psikolog dari kurikulum, pagi ini pun aku siap dengan perbekalan kertas-kertas dan trik-trik observasi untuk anak-anak.

Singkat kata, anak-anak yang hendak di observasi satu persatu datang ke kelas Ibnu Sina, ruang khusus yang kami persiapkan. Yang menjadi pasien pertamaku adalah anak yang saat ini masih duduk di TK MMA (Mitra Mendidik Anak) Bekasi. Si kecil berkerudung ini kulihat sangat manis. Datang bergandengan tangan dengan her brother yang mau naik ke 4th grade pindah ke sekolahku. Keduanya jadi obyek observasi kami, tapi yang aku pegang si keil berkerudung ini.

Namanya Alodyna. Nick name-nya Alo. Tampaknya masih malu-malu tak seperti heroiknya anak-anak yang dari TK Nurul Ilmi. Apa aja aku buat untuk menarik perhatiannya agar dia bisa berekspresi apa adanya di depanku. Sok akrab khas anak TK pun aku lakoni agar dengan harapan dia menganggapku temannya. Bahasa yang aku gunakanpun bahasa “aku-kamu” meski kadang aku sisipi sebutan “Miss” dan “Alo”. Usahaku sedikit berhasil karena Alo sering tersenyum dengan cerita-cerita lucuku. Cukup tersenyum dengan mata sipitnya, bukan tertawa.

Satu persatu soal psikotes pun dikerjakannya dengan panduanku. Hmmm…coretan-coretan alo masih sangat tipis dan kecil-kecil menunjukkan sifat pemalunya yang masih kental. Tampaknya motorik halusnya lebih menonjol terlihat dari tulisannya yang rapi dan tekstur gambarnya yang masih sederhana. Suaranya pun lirih saat aku minta dia untuk berhitung, meski dia berhasil berhitung dari angka satu hingga seratus tanpa kesalahan. Tingkah bersahabat pun masih aku kerjakan untuk membuat Alo lebih tertarik lagi padaku (bukan tebar pesona ya) dan menggali lagi kecerdasan-kecerdasan dari dalam diri Alo.

Psikotes berakhir. Saatnya interview orang tua. Aku antar Alo ke ruang komputer yang telah disediakan berbagai macam mainan dan games di komputer. Aku senang , aku bahagia dan aku tak menyangka. Saat aku berjalan dengannya menuju ruang komputer, dia menggandeng tanganku erat dan mengajakku berlari. Senyumnya pun menyeringai diantara deru sepoi angin saat kami melintas di halaman sekolah. Aku yakin, jika satu bulan saja Alo bergabung dengan kami, jiwanya akan berkembang bebas dengan sistem active lerning kami. Kecerdasan lingual dan kinesteticnya akan meningkat. Ini bukan promosi, tapi aku pastikan itu.

Kemana “Lintangku”

Sudah pernah ku katakan sebelumnya bahwa aku seperti dalam lingkaran Laskar Pelangi dengan karakter siswa yang berbeda-beda. Ada Farhan yang seperti Mahar, ada Naufal yang luar biasa cerdasnya seperti Lintang dan (maaf) ada pula yang autis (tapi dia tak kalah pinter juga lho dengan teman-temannya yang lain, bahkan jago Math).

Final test 1st semester telah berhasil. Setelah berhari-hari mengerjakan raport yang aduhai banyaknya karena kami harus membuat comment untuk students per subject (ampun dech). Belum lagi raport diknas yang membutuhkan pengolahan data yang tak sederhana. Hari pembagian raport pun tiba. Bebas sepertinya. Tahu ga, untuk merayakan itu aku dan beberapa guru akhwat lainnya sampai merayakannya dengan makan-makan diluar. Meski dengan menu sederhana, tapi cukup membuat kita happy (sekali-kali akhwat bau angin malam di rumah makan ga apalah heee…). Setelah keesokannya ada agenda PTM (Parent Teacher Meeting), tibalah saat yang dinanti. Liburan ching….!!!

Singkat cerita, waktu masuk sekolah pun tiba after we get a holiday for two weeks. Kuhitung anak-anakku layaknya menghitung gembala (ups…tingkah mereka yang super duper pun memang tak kalah gesit seperti zebra hehehe….) ternyata kurang satu. Naufalku belum masuk. Sehari, dua, tiga hari. Aku cemas ingin bertanya apa yang terjadi. Pasalnya Naufal memang memiliki asma yang terkadang butuh waktu berhari-hari untuk istirahat. Hingga sore sangat kusayangkan karena aku lupa menelponnya.

Hari ke empat. Hari ini kuberharap Naufal datang menyambut kedatanganku, mencium tanganku, mengucap salam dan “good morning Miss, how are u today?” seperti yang selalu dia lakukan setiap pagi dengan senyum manis plus tahi lalat di dagu kirinya. Ingin sekali aku kabarkan bahwa dia yang akan mewakili kelas kami untuk Olympiade Math bersama Devi, salah satu putri kebangganku juga. Ingin aku letupkan semangatnya untuk menjadi yang terbaik. Tapi hari ini belum kulihat juga “Lintangku”. Dimana dia? Ada apakah? Dan apa yang terjadi?

Kuraih handphoneku, kuketik sms untuk mamanya menanyakan kabar Naufal.

Asslmkum. Ma, bagaimana kabar Naufal? Kenapa beberapa hari ini tidak masuk sekolah? Sehatkah dia? Syukron

Berapa menit kemudian datanglah balasan dari mama Naufal.

Wassalam. Afwan Miss Etik, kami belum sempat pamitan. Hari ini insya Allah kami akan terbang ke Padang, Naufal akan pindah kesana karena Papa Naufal di pindah tugaskan ke Departemen Keuangan kantor Padang. Mohon doanya untuk Naufal ya Miss Etik…

“Masya Allah, Naufal pindah ke Padang…..” spontan ku bergumam sendiri. Tapi ternyata gumaman lirih itu di dengar oleh enam belas pasang telinga yang sedang bergelimang dengan kesibukan sendiri-sendiri di atas karpet kelas. Kontan mereka semua menyerbuku, berebut duduk dekat denganku dan bertanya tentang Naufal. Kulihat bola mata mereka tak percaya mendengar berita ini. Mulut-mulut mereka tak terkatub, menganga beberapa centimeter. Bahkan kudengar Galih berteriak keras memanggil nama Naufal. Subhanallah… begitu kehilangannya mereka. Karena kebersamaan yang telah terlewatkan ini memang begitu indah.

Kupimpin mereka berdoa untuk Naufal, agar dia bahagia mendapatkan yang terbaik dan semoga masih mempertautkan hati kita meski tak lagi kita bersama. Serempak mereka mengaminkan.

Hari olympiade math pun tiba. Hati kecilku berkata, “andai hari ini ada Naufal” tapi segera kutepis perasaan itu karena aku yakin Allah telah memberikan jalan seperti ini terbaik untuk semuanya. Devi yang telah beberapa hari kuberi tambahan belajar Math tampak antusias menghadapi hari ini. Semoga dia akan memberikan kemampuan terbaiknya, pikirku. Hari itu juga hasil Olympiade di umumkan. Dan seperti harapan kami semua, Devilah yang menjadi 1st winner. Saat pengumuman itu, kulihat Devi tersenyum puas dengan “mata china”nya. Kupeluk dirinya dan tosss…. “You’re the winner girl?” ucapku padanya. Tapi, jujur kurasakan lain dihatiku, berkecamuk entah kenapa. Ku hilangkan diriku dari kegembiraan itu, berlari menuju kelas takut anak-anak menebak perasaanku dari balik kacamataku. Kubuka locker Naufal. Masih tersimpan satu box oil pastel dan beberapa faber castel. Kulirik juga foto yang tertempel di pintu locker itu. Masih seperti Naufal yang dulu, tersenyum manis dengan tahi lalat di dagu kirinya. Kini baru aku sadari bahwa ketika kita mendidik dengan hati, tatkala kita kehilangan dari bagian itu, rasanya seperti kita kehilangan salah satu kepingan dari hati kita. So, cintailah anakmu dengan hati, karena Allah semata.


Salam cinta untuk “Lintang”ku.
Bekasi, 23rd January 2009